Kalau Anda mau menjadi trader dan investor yang berhasil, maka analisis Anda harus memahami 3 prinsip dasar analisis teknikal saham, yaitu: Market actions discounts everything, Price move in trends, dan History repeats ifself.
Karena ada berbagai alasan, kenapa seorang trader dan investor mau mempelajari ilmu analisis teknikal saham. Dan memang sebenarnya, ada banyak sekali kegunaan dan aplikasi ilmu analisis teknikal. Tidak hanya untuk menganalisis pergerakan harga di Bursa Efek Indonesia.
Namun menurut pengalaman saya, setelah berbincang langsung dengan ribuan orang trader dan investor selama bertahun-tahun. Ada satu alasan yang paling umum, kenapa seorang trader dan investor mau belajar analisis teknikal saham, yaitu: untuk mengetahui kapan waktunya beli, dan kapan saat waktunya jual.
Tapi sayangnya, menentukan kapan waktunya beli dan kapan waktunya jual, tidak semudah seperti yang dipikir dan dikira oleh kebanyakan orang.
Sebab ilmu analisis teknikal saham sendiri memiliki banyak sekali metode dan indikator. Dan biasanya disinilah awal dari kebingungan yang dialami oleh banyak trader dan investor pemula.
Karena seiring dengan berjalannya waktu, kita akan menemukan banyak sekali metode dan indikator analisis teknikal saham, yang sering kali ternyata “tidak sinkron” dan menunjukkan sinyal yang saling bertentangan.
Sebagai contoh, katakanlah misalnya, kita melihat bahwa indikator MACD mengeluarkan sinyal BUY. Namun anehnya, pada saat yang sama, kita juga melihat indikator Stochastic mengeluarkan sinyal SELL. Dan nanti kalau kita lihat indikator Moving Averages, malah tidak ada sinyal sama sekali.
Begitu juga kalau kita lihat Candlestick, Bollinger Band, RSI, dst. Untuk pergerakan harga yang sama, di saham yang sama, di waktu yang juga sama, tapi semua indikator tersebut memberikan hasil yang berbeda.
Lalu mana yang harus kita ikuti? Bukankah semakin banyak indikator, harusnya semakin bagus? Bukankah semakin banyak indikator yang kita kuasai, maka analisis kita juga akan semakin akurat?
Percaya atau tidak, saya sendiri juga dulu berpikiran seperti itu. Setiap kali melakukan analisis teknikal saham, saya selalu menggunakan paling sedikit 5-6 indikator secara bersamaan.
Bahkan di tempat kerja saya dulu (saya adalah seorang Broker-Dealer), kami sampai harus menggunakan 4 monitor, hanya untuk memantau dan menganalisis pergerakan 1 saham.
Tapi masalahnya, indikator-indikator itu sangat jarang sekali “satu suara”. Lebih seringnya justru tidak sinkron dan saling bertentangan. Dan ini sangat membingungkan!
Semakin banyak indikator, ternyata bukannya semakin jelas, malahan membuat kita semakin bingung. Semakin banyak indikator, bukannya semakin akurat, malahan analisisnya semakin kacau!
Nah, inilah akibatnya, kalau kita belajar analisis teknikal saham, tanpa memahami dasar-dasar dan cara kerja setiap indikator. Padahal sebenarnya, semua jenis indikator, cara kerjanya mirip-mirip. Karena semuanya dibuat berdasarkan prinsip dasar yang sama, yaitu: 3 Prinsip Dasar Analsis Teknikal.
Kalau kita sudah memahami 3 prinsip ini, maka membaca indikator akan jauh lebih mudah. Dan akhirnya hasil analisis kita juga semakin tajam dan akurat. Sebab kita sudah tahu, bagaimana cara kerja dan prinsip dari semua indikator yang ada.
So, sekarang pertanyaannya: apa-apa saja ketiga prinsip dasar tersebut?
Prinsip Dasar Analisis Teknikal Saham #1: Market Action Discounts Everything
Prinsip dasar yang pertama adalah: “Market Action Discounts Everything”. Yang kalau diterjemahkan secara bebas, kurang lebih artinya: “Pergerakan harga merefleksikan segalanya.”
Ini adalah prinsip dasar yang harus dipahami (dan diterima) oleh kita, sebagai trader dan investor saham. Selama kita belum memahami (dan mau menerima) prinsip dasar ini, maka sampai kapan pun, analisis teknikal saham yang kita lakukan tidak akan ampuh.
Loh… kenapa begitu, Riz?
Karena kalau kita tidak percaya bahwa pergerakan harga merefleksikan segalanya, maka kita akan selalu meragukan analisis yang sudah kita buat sendiri.
Setiap melakukan analisis teknikal saham, akan selalu ada hal yang membuat kita tidak yakin pada analisis kita sendiri. Sehingga pada akhirnya kita juga jadi tidak percaya diri (atau malah tidak berani) mengambil keputusan.
Oke… kalau begitu, sekarang pertanyaannya adalah: sebenarnya apa sih maksud dari prinsip dasar yang pertama ini? Kata-kata “pergerakan harga merefleksikan segalanya” itu artinya apa?
Gampangnya begini…
Semua pergerakan harga saham, pasti ada penyebabnya. Tidak mungkin harga suatu saham akan naik atau turun tanpa alasan. Entah itu alasan fundamental, corporate action, alasan ekonomi, alasan politik, alasan psikologis, atau apa pun itu.
Alasan fundamental, yang dapat membuat harga saham naik dan turun, contohnya: kinerja laporan keuangan, peluncuran produk baru, perubahan harga bahan baku produksi, perubahan harga produk, dan lain sebagainya.
Sedangkan alasan corporate action, yang dapat membuat harga saham bergerak naik turun, misalnya: masuknya investor baru, merger dan akuisisi, tender offer, right issue (HMETD), melakukan go-private, pembagian dividen, dan lain-lain.
Alasan ekonomi, yang juga mempengaruhi naik dan turunnya harga saham, contohnya: perubahan kurs mata uang asing, kebijakan suku bunga, laporan neraca perdagangan, tingkat inflasi, dan lain sebagainya.
Kemudian untuk alasan politik, meskipun jarang terjadi, namun pengaruhnya juga cukup besar bagi pergerakan harga saham. Misalnya: sentimen terhadap pemerintah, pergantian kepemimpinan, hasil Pemilihan Umum, perubahan peraturan perundang-undangan, dan lain-lain.
Sedangkan untuk alasan psikologis, yang memicu pergerakan harga, misalnya: persepsi murah atau mahalnya suatu saham, perbandingan harga saham tersebut jika dibandingkan dengan saham yang lain di sektor yang sama, perubahan sentimen investor, dan semacamnya.
Jadi sebenarnya ada banyak sekali alasan, kenapa suatu saham bisa bergerak naik atau turun. Bahkan sebenarnya terlalu banyak untuk dirunutkan satu per satu!
Itulah sebabnya, kita sebagai pengguna Analisis Teknikal saham, tidak perlu pusing akan hal itu. Intinya, kalau suatu saham harganya naik atau turun, ya pasti karena satu (atau beberapa) alasan yang sudah kita sebutkan tadi. Entah alasan yang mana, pokoknya ada dan kita tidak usah pusing!
Kenapa kita tidak perlu memusingkan penyebab di balik pergerakan harga? Dan kenapa kita tidak perlu memikirkan alasan kenapa suatu saham itu naik atau turun? Bukankah kalau kita tahu alasannya, akan lebih baik? Dan analisis kita akan lebih akurat?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita perhatikan ilustrasi di bawah ini…
Ilustrasi di atas adalah bagan dari Alur Dan Siklus Pergerakan Harga Saham. Yang menunjukkan apa yang terjadi di balik pergerakan harga, dan bagaimana prosesnya sebuah harga saham bergerak (atau digerakkan) naik dan turun.
Btw, Alur dan Siklus Pergerakan Harga ini sudah kita bahas secara detail dan mendalam di TRANSIT Investing Masterclass (Basic). Oleh sebab itu, pada tulisan kali ini, hanya akan kita bahas sekilas saja.
Seperti yang tadi sudah kita sebutkan. Bahwa harga saham bergerak naik dan turun, pasti karena ada sebab dan alasannya. Untuk memudahkan pemahaman, kita sebut saja alasan tersebut sebagai: FAKTOR-X.
Alur Pergerakan Harga #1: FAKTOR-X
FAKTOR-X ini bisa berupa alasan fundamental, corporate action, ekonomi, politik, psikologis, dan lain sebagainya. Pokoknya inilah penyebabnya, yang membuat saham itu naik atau turun.
Selanjutnya, FAKTOR-X ini dicari tahu, dan kemudian dianalisis oleh para Smart Money dengan menggunakan Fundamental Analysis.
Alur Pergerakan Harga #2: Fundamental Analysis
Siapa sebenarnya Smart Money ini? Dan kenapa mereka disebut Smart Money?
Mereka disebut Smart Money, karena mereka memiliki dana yang besar. Dan dana yang besar tersebut digunakan untuk menggaji sekumpulan orang tim analis, yang tugasnya khusus mencari tahu tentang FAKTOR-X di setiap saham di Bursa Efek Indonesia.
Btw, ada banyak hal yang perlu kita luruskan berkaitan dengan analisis fundamental. Hal-hal yang justru tidak pernah diberi tahu, dan disimpan rapat-rapat, oleh orang-orang yang mengajarkan Value Investing. Hal-hal yang akan kita bahas semuanya di TRANSIT Investing Masterclass (Basic).
Karena analisis fundamental itu bukan cuma tentang rasio-rasio keuangan. Dan bukan sekedar melihat apakah perusahaan itu bagus atau tidak. Sejatinya, analisis fundamental adalah ilmu untuk mencari FAKTOR-X yang terjadi di setiap saham.
Inilah fungsi sebenarnya dari analisis fundamental. Dan beginilah cara para investor legendaris menggunakan analisis fundamental. Termasuk juga Warren Buffett, Lo Keng Hong, dan sejumlah nama besar di Bursa Saham.
Dengan analisis fundamental, mereka akan menemukan saham-saham mana yang punya FAKTOR-X yang bagus, dan saham-saham mana yang punya FAKTOR-X yang jelek. Inilah dasar utama dari keputusan mereka membeli dan menjual saham. Inilah yang disebut sebagai Big Money Action.
Alur Pergerakan Harga #3: Big Money Action
Kalau FAKTOR-X yang ada di saham tersebut bagus, maka mereka akan membeli (akumulasi) saham tersebut. Sedangkan kalau FAKTOR-X yang ada di saham tersebut jelek, maka mereka akan menjual (distribusi) saham itu.
Karena begitu besar dan masifnya akumulasi dan distribusi yang dilakukan oleh para Big Money, pembelian dan penjualan ini akan membuat harga bergerak.
Dalam bahasa ilmu ekonomi, pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh para Big Money ini akan menyebabkan dinamika Supply dan Demand.
Ketika Big Money beramai-ramai melakukan pembelian (akumulasi) saham, Demand terhadap saham tersebut meningkat. Dan sesuai dengan hukum ekonomi, peningkatan Demand akan menyebabkan harga naik.
Begitu pun sebaliknya. Ketika Big Money beramai-ramai melakukan penjualan (distribusi) saham, maka Supply terhadap saham tersebut meningkat. Dan peningkatan Supply akan menyebabkan harga turun.
Nah, pergerakan dan naik-turunnya harga saham, yang disebabkan oleh Big Money Action, itulah yang kemudian “terdeteksi” dengan menggunakan Technical Analysis.
Alur Pergerakan Harga #4: Technical Analysis
Jadi sebenarnya analisis teknikal bukanlah ilmu nujum, ilmu prediksi, atau pun ilmu ramal meramal!
Analisis teknikal adalah cara kita membaca pergerakan harga, untuk memahami apa yang sebenarnya dilakukan oleh para Big Money. Karena mereka sudah melakukan fundamental analisis, dan mereka tahu ada FAKTOR-X apa di saham tersebut.
Sehingga sebagai trader dan investor, yang perlu kita lakukan adalah tinggal mengikuti saja pergerakan mereka. Kalau mereka beli, ya kita ikut beli. Kalau mereka jual, ya kita ikut jual. Sesederhana itu saja. Follow the Smart Money!
Itulah sebabnya, prinsip pertama dari analisis teknikal adalah: “Market Action Discounts Everything”. Atau terjemahan bebasnya adalah: “Pergerakan harga merefleksikan segalanya”.
Ketika suatu saham bergerak, entah itu naik atau pun turun, kita tidak perlu pusing dan sibuk mencari tahu apa penyebabnya. Karena Big Money tidak mungkin membeli atau menjual sebuah saham tanpa alasan yang jelas!
Ingat, sebagai trader dan investor, fokus kita adalah memanfaatkan peluang yang ada dan bagaimana kita dapat memetik profit dari Bursa Saham. Inilah yang disebut: Market Timing!
Alur Pergerakan Harga #5: Market Timing
Kita bukan analis, kita bukan komentator saham. Sehingga kita tidak perlu mencari-cari alasan dan penyebab, kenapa saham ini naik atau kenapa saham itu turun.
Karena toh sudah bukan rahasia lagi, bahwa yang namanya News dan Info, SELALU terlambat. Sahamnya sudah naik banyak, baru berita baiknya keluar. Atau sahamnya sudah turun jauh, barulah ada berita jelek.
Sebab pada Alur dan Siklus Pergerakan Harga, News dan Info memang adalah mata rantai yang paling terakhir.
Alur Pergerakan Harga #6: News & Info
Dulu ketika saya masih aktif sebagai Broker-dealer, ada pameo yang beredar di kalangan kami. Bunyinya kurang lebih seperti ini: “Berita baru akan dimunculkan, kalau pestanya sudah selesai”.
Atau dengan kata lain, para trader dan investor yang membeli saham karena berita, biasanya adalah orang-orang yang ruginya paling besar. Karena “pesta”-nya sudah selesai saat beritanya keluar, dan mereka hanya kebagian bersih-bersih dan “cuci piring”.
Maka, sekali lagi, selalu ingatlah prinsip ini: Market Action Discounts Everything!
Sebagai trader dan investor, kita tidak usah pusing dengan alasan dibalik pergerakan harga saham. Kenapa saham ini naik, dan kenapa saham itu turun. Kalau sudah waktunya beli ya kita beli, kalau sudah waktunya jual ya kita jual.
Tidak perlu mencari-cari info, atau menunggu-nunggu berita. Karena kalau kita menunggu beritanya muncul, berarti “pesta”-nya sudah selesai. Dan itu artinya semua sudah terlambat!
Sekarang pertanyaan berikutnya adalah: kalau kita memang tidak perlu mencari-cari berita, lalu apa yang sebaiknya kita cari?
Jika memang pergerakan harga sudah merefleksikan segalanya, lalu bagaimana cara kita menganalisis pergerakan harga? Bagaimana kita mengetahui pergerakan Big Money, serta dinamika Supply dan Demand?
Untuk itu, mari kita beralih ke prinsip yang berikutnya…
Prinsip Dasar Analisis Teknikal Saham #2: Prices Move in Trends
Langkah pertama untuk melakukan analisis teknikal saham adalah menentukan trend. Karena harga tidak bergerak secara acak. Pergerakan harga tidak random. Semua saham yang harganya naik dan turun, itu sebenarnya ada polanya.
Inilah prinsip dasar yang berikutnya. Bahwa harga bergerak dalam sebuah pola, yang kita sebut sebagai Trend (kecenderungan).
Dan semua jenis indikator analisis teknikal saham, sebenarnya dibuat untuk menentukan dan mendeteksi pola (trend) ini. Entah itu Stochastic, MACD, Moving Averages, RSI, Bollinger Band, Candlestick, dan lain sebagainya. Semuanya punya tujuan dan fungsi yang sama.
Nah, kalau memang semua jenis indikator analisis teknikal saham dibuat untuk mendeteksi trend, lalu kenapa beda indikator sinyalnya juga bisa berbeda? Kenapa indikator yang satu keluar sinyal Buy, tapi di indikator yang lain bisa keluar sinyal Sell?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita harus paham, bahwa dalam ilmu analisis teknikal saham, sebenarnya ada 3 jenis trend. Dan masing-masing indikator analisis teknikal saham, dibuat untuk mendeteksi jenis trend yang berbeda.
Itulah sebabnya kita sering menemukan, bahwa antara indikator yang satu dengan indikator yang lain, sering kali tidak sinkron dan saling kontradiktif. Karena indikator-indikator tersebut memang dirancang untuk melihat market dari sudut pandang yang berbeda.
Supaya lebih paham, mari kita mencermati ilustrasi di bawah ini…
Menurut analisis teknikal saham, trend pergerakan harga ada 3 jenis. Yaitu: Trend Jangka Panjang, Trend Jangka Menengah, dan Trend Jangka Pendek.
Sebenarnya pembahasan tentang trend ini, sudah kita kupas tuntas, secara detail dan mendalam, di TRANSIT Investing Masterclass (versi PRO dan PRO+).
Termasuk apa saja ciri-ciri dari setiap trend, bagaimana caranya menentukan kita saat ini sedang ada di trend yang mana, dan bagaimana mengantisipasi perubahan trend. Oleh sebab itu, di tulisan ini, pembahasan tentang trend hanya akan kita lakukan secara sekilas dan sambil lalu saja.
Jenis Trend #1: Trend Jangka Panjang
Trend Jangka Panjang, terkadang disebut juga sebagai Long-term (Primary) Trend, adalah trend besar atau trend utama, yang menentukan arah utama dari pergerakan harga sebuah saham.
Secara analisis teknikal saham, definisi dari Trend Jangka Panjang adalah trend yang durasinya lebih dari 30 minggu. Atau lebih spesifiknya, lebih dari 150 candle/bar.
Contoh indikator analisis teknikal saham, yang fungsinya adalah untuk mendeteksi Trend Jangka Panjang adalah semua jenis indikator Moving Averages.
Yes, semua jenis indikator Moving Averages! Entah itu Simple Moving Averages, Exponential Moving Averages, Weighted Moving Averages, Smoothed Moving Averages.
Pokoknya apa pun nama indikator analisis teknikal yang mengandung kata-kata “Moving Averages”, sebenarnya dirancang untuk mendeteksi Trend Jangka Panjang.
Itulah sebabnya, Moving Averages dikenal sebagai lagging indicator. Moving Averages juga dianggap sebagai indikator yang “lambat” dalam mengantisipasi pergerakan harga. Karena memang fungsinya adalah mendeteksi Trend Jangka Panjang.
Kalau kita menggunakan indikator Moving Averages, kita bicara tentang arah market dan pergerakan harga saham selama 7-8 bulan ke depan. Bukan sekedar pergerakan harga harian dan mingguan. Karena bukan itu fungsi dan tujuan diciptakannya Moving Averages.
Jadi jangan menggunakan Moving Averages untuk melakukan Day Trading atau pun Swing Trading! Terutama kalau Anda masih pemula, yang belum paham cara yang benar untuk mengkombinasikan berbagai jenis indikator analisis teknikal yang berbeda (multiple time-frame trading).
Sekarang mari kita kembali ke pembahasan soal Trend.
Dalam ilmu analisis teknikal saham, Trend yang lebih besar, dibentuk oleh sekumpulan Trend yang lebih kecil. Dengan kata lain: ada Trend di dalam Trend.
Nah, di dalam sebuah Trend Jangka Panjang, ada beberapa Trend Jangka Menengah.
Jenis Trend #2: Trend Jangka Menengah
Trend Jangka Menengah, terkadang disebut juga sebagai Intermediate-term (Secondary) Trend, adalah trend pertengahan, yang naik turunnya sejalan dengan arah utama dari pergerakan harga sebuah saham.
Secara analisis teknikal saham, definisi dari Trend Jangka Menengah adalah trend yang durasinya antara 3 minggu sampai dengan 30 minggu. Atau lebih spesifiknya, antara 15 candle/bar samapi dengan 150 candle/bar.
Contoh indikator analisis teknikal saham, yang fungsinya adalah untuk mendeteksi Trend Jangka Menengah adalah indikator Moving Averages Convergence-Divergence. Atau yang lebih populer disebut MACD.
Indikator MACD sebenarnya adalah indikator turunan (modifikasi) dari indikator Moving Averages. Dan indikator MACD sebenarnya diciptakan untuk menutupi kekurangan indikator Moving Averages. Atau dengan kata lain: MACD sebenarnya adalah indikator Moving Averages yang “lebih responsif”.
Karena sifatnya yang lebih responsif terhadap pergerakan harga, itulah sebabnya indikator MACD sangat cocok kita gunakan untuk mendeteksi dan mengenali Trend Jangka Menengah.
Sehingga kalau kita menggunakan indikator MACD, maka time-frame (holding period) kita adalah antara 3 minggu atau 30 minggu. Artinya, kalau kita beli sahamnya hari ini, maka kita baru akan melakukan Profit Taking 3-6 bulan kemudian.
Strategi investasi ini sangat cocok bagi Anda yang sibuk, atau yang tidak punya waktu untuk memantau pergerakan harga dan portfolio Anda setiap hari. Karena kita membeli saham tersebut untuk jangka waktu 3-6 bulan kemudian. Bukan untuk kita jual besok atau minggu depan!
Karena meskipun indikator MACD memang jauh lebih responsif daripada indikator Moving Averages, namun karena sifatnya yang tergolong lagging indicator (trend following), maka indikator MACD tetap tidak akan secepat dan seresponsif indikator yang dirancang untuk mengenali Trend Jangka Pendek.
Karena Trend Jangka Pendek adalah Trend yang berada di dalam Trend Jangka Menengah.
Jenis Trend #3: Trend Jangka Pendek
Trend Jangka Pendek, terkadang disebut juga sebagai Short-term (Minor) Trend, adalah trend kecil, yang naik turunnya sejalan dengan Trend Jangka Menengah dari pergerakan harga sebuah saham.
Secara analisis teknikal saham, definisi dari Trend Jangka Pendek adalah trend yang durasinya kurang dari 3 minggu. Atau lebih spesifiknya, kurang dari 15 candle/bar.
Contoh indikator analisis teknikal saham, yang fungsinya adalah untuk mendeteksi Trend Jangka Pendek adalah semua jenis indikator momentum.
Contoh-contoh indikator momentum antara lain Stochastic, Relative Strength Index (RSI), Rate of Change (ROC), Average Directional Index (ADX), William Percentage R (William %R), dan lain sebagainya.
Gampangnya, kebanyakan (meski tidak semua) indikator yang berupa Oscillator, adalah indikator momentum. Yang fungsi utamanya adalah untuk mengenali dan mendeteksi Trend Jangka Pendek.
Jadi kalau Anda mau melakukan trading jangka pendek, entah itu Day Trading maupun Swing Trading, maka gunakanlah indikator analisis teknikal berjenis momentum. Karena indikator-indikator jenis ini adalah yang termasuk jenis leading indicator.
Leading Indicator adalah indikator yang sangat responsif terhadap pergerakan harga, dan sangat cepat dalam mendeteksi perubahan trend di Trend Jangka Pendek.
So, kembali ke pertanyaan kita yang tadi. Kenapa indikator analisis teknikal saham yang berbeda, juga memberikan sinyal yang berbeda? Kenapa indikator yang satu keluar sinyal Buy, tapi di indikator yang lain bisa keluar sinyal Sell?
Ya karena masing-masing indikator yang berbeda, dirancang untuk mendeteksi dan melihat trend dari sudut pandang yang berbeda.
Sehingga kalau Anda mau hasil analisis Anda akurat dan profit Anda konsisten, maka Anda harus menentukan dulu, Anda mau “bermain” di Trend yang mana. Karena indikator yang berbeda, akan melihat, mendeteksi, dan memunculkan sinyal di Trend yang berbeda.
Namun, sekarang pertanyaannya adalah: jika memang harga bergerak dalam bentuk trend, kalau begitu bagaimana persisnya kita menentukan kapan waktunya Buy dan kapan waktunya Sell? Lalu seberapa akuratnya sebuah indikator dalam menentukan kapan waktunya Buy dan kapan waktunya Sell?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita langsung ke prinsip yang ketiga, yaitu…
Prinsip Dasar Analisis Teknikal Saham #3: History Repeats Itself
Prinsip dasar yang ketiga ini, sekaligus juga menjelaskan tentang prinsip-prinsip dasar sebelumnya: Dari mana kita tahu bahwa harga bergerak dalam sebuah alur dan siklus? Dari mana kita tahu bahwa harga bergerak dan membentuk Trend?
Jawabannya: Karena sejarah berulang!
Apa yang terjadi di masa lalu, akan terjadi lagi di masa kini, dan kemungkinan akan terus terjadi kembali di masa depan. History repeats itself!
Alur dan Siklus Pergerakan harga, yang kita sudah kita bahas di prinsip dasar yang pertama, adalah pola yang sudah terjadi sejak 130 tahun yang lalu. Jadi ini bukan hal baru, dan ini bukan ilmu baru.
Begitu juga dengan prinsip dasar yang kedua, tentang kecenderungan pergerakan harga yang membentuk Trend. Ini adalah pola yang sudah diamati sejak tahun 1889, oleh seorang investor legendaris yang bernama Charles Dow (Pencetus teori Analisis Teknikal yang pertama).
Charles Dow adalah salah satu pendiri dari The Wall Street Journal. Sebuah koran harian tentang bursa saham yang masih terbit sampai sekarang.
Selama puluhan tahun, beliau melakukan dokumentasi terhadap pergerakan harga di bursa saham. Dan hasil pengamatan-pengataman tersebut, beliau tuangkan dalam artikel-artikel yang ditulisnya di The Wall Street Journal.
Nah, kumpulan dari tulisan-tulisan beliau itulah yang digunakan sebagai acuan dari The Dow Theory, teori analisis teknikal yang pertama.
Pola-pola yang tertuang dalam teori analisis teknikal saham adalah hasil pengamatan, dan sudah terjadi selama lebih dari 100 tahun. Sekali lagi, ini bukan hal baru!
Sejak harga-harga di Bursa Saham masih ditulis pakai kapur dan papan tulis, sampai sekarang ketika semuanya sudah serba terkomputerisasi dan terhubung dengan internet.
Sejak tahun 1889, sejak teori analisis teknikal pertama kali dicetuskan, seluruh dunia sudah mengalami berbagai macam krisis ekonomi, krisis keuangan, sampai dengan krisis kemanusiaan.
Mulai dari Perang Dunia 1 (1914), Perang Dunia 2 (1939), Pandemi Flu Spanyol (1918), Masa Depresi besar (1932), Krisis Terusan Suez (1956), Krisis Utang Global (1982), Krisis Moneter Asia (1998), Krisis Sub-prime Mortgage (2008), Krisis Utang Eropa (2010).
Setelah mengalami begitu banyak krisis dan “cobaan”, teori analisis teknikal selalu terbukti. Pola-pola yang sama selalu terjadi lagi, lagi, dan lagi. Selama ratusan tahun!
Kenapa? Sekali lagi, karena sejarah berulang. History repeats itself!
Apa yang terjadi di masa lalu, akan terjadi lagi di masa kini, dan kemungkinan akan terjadi kembali di masa depan. Begitu seterusnya.
Mungkin sekarang pertanyaannya: kenapa bisa seperti itu? Kenapa pola yang sama selalu terjadi lagi dan lagi? Bahkan sudah terulang selama 100 tahun lebih?
Jawaban simpelnya: karena sifat manusia tidak berubah!
Zaman memang berubah. Karena teknologi terus berkembang. Sehingga pada akhirnya situasi dan kondisi dunia juga ikut berubah. Ini fakta!
Namun apa yang tidak berubah selama ratusan (atau bahkan mungkin ribuan tahun), adalah: sifat manusia!
Ketika melihat harga naik, sifat serakah (greed) akan mendominasi. Ketika melihat harga turun, sifat takut (fear) akan mengambil alih. Euforia dan histeria muncul silih berganti. Inilah yang membuat harga bergerak naik dan turun.
Euforia dan histeria ini juga yang membuat siklus Bullish-Bearish terus berulang selama ratusan tahun ke belakang. Dan kemungkinan akan terus seperti ini sampai ratusan taun ke depan.
Dengan menggunakan prinsip yang ketiga ini, kita jadi tahu. Bahwa cara terbaik untuk “memprediksi” pergerakan harga ke depan, adalah dengan mempelajari pergerakan harga di masa lalu (dengan bantuan chart dan grafik analisis teknikal).
Semua jenis metode dan indikator analisis teknikal, dirancang dengan menerapkan prinsip ini. Termasuk juga metode Fibonacci, Elliot Wave, Support/Resistance, bahkan pola-pola candlestick.
Ketika pergerakan harga saham membentuk (misalnya) pola A, maka biasanya saham itu akan naik. Karena di masa lalu, setiap kali pergerakan harga saham membentuk pola tersebut, harganya memang naik.
Begitu juga kalau harga membentuk (misalnya) pola B, maka ada kemungkinan harga sahamnya akan turun. Sebab secara historis, seperti yang sudah terjadi sebelumnya, setiap kali pola tersebut muncul, harganya memang turun.
Itulah sebabnya, seperti yang tadi kita katakan, cara terbaik untuk mengetahui kapan waktunya beli dan kapan waktunya jual, adalah dengan memperhatikan pola-pola pergerakan harga.
Apa saja yang terjadi sebelum harganya naik? Apa pola yang muncul sebelum harganya turun? Bagaimana alur dan siklusnya? Dengan mengetahui dan memperhatikan hal ini, maka kita akan dapat melakukan analisis dengan ketepatan yang akurat.
Aplikasi dan Penerapan Prinsip Dasar Analisis Teknikal Saham untuk Profit Konsisten
Meskipun pada tulisan ini, kita sudah membahas secara panjang lebar tentang 3 Prinsip Dasar Analisis Teknikal Saham. Namun sebenarnya kita baru sampai di permukaan saja. Kita sama sekali belum menyelam dan masuk ke topik yang lebih dalam.
Kita masih belum membahas terlalu dalam tentang FAKTOR-X, tentang rahasia-rahasia “gelap” di balik ilmu Analisis Fundamental, tentang intrik-intrik “di balik layar” yang dilakukan oleh Big Money, dan lain sebagainya.
Masih banyak, banyak sekali, hal yang belum sempat kita bahas pada tulisan ini. Termasuk tentang bagaimana cara profit konsisten dengan menggunakan Analisis Teknikal, bagaimana cara merancang Trading Plan yang lengkap, bagaimana cara mengantisipasi perubahan harga, dan lain-lain.
Kalau Anda berminat untuk mengetahui lebih banyak lagi, dan mempelajari lebih dalam lagi, saya sudah menyediakan kelas khusus bagi Anda. Dan kabar baiknya, kelas ini GRATIS!
Yes. Untuk jangka waktu dan kuota terbatas, akses untuk join di TRANSIT Investing Masterclass (Basic) adalah GRATIS! Dan Anda tidak akan dipungut biaya sepeser rupiah pun.
Anda cukup memasukkan email Anda (email yang paling sering dibuka), lalu sistem kami akan mengirimkan link untuk anda mengakses video tutorial yang telah kami siapkan. Setelah itu, Anda tinggal meng-klik link tersebut, dan Anda bisa langsung mulai belajar!