3 Tanda Anda Tidak Cocok Menggunakan Analisis Teknikal Saham

Saya pribadi memang menyarankan kepada banyak trader dan investor untuk menggunakan analisis teknikal saham, ketimbang analisis fundamental. Namun saran ini sebenarnya tidak berlaku untuk semua orang trader dan investor. Karena ada beberapa pengecualian yang harus diperhatikan.

Analasis teknikal saham adalah metode yang sangat ampuh untuk mencari saham-saham yang akan naik dan turun. Serta sangat berguna untuk membantu kita menentukan kapan waktunya beli, dan kapan waktunya jual.

Namun, itu tidak berarti bahwa analisis teknikal adalah metode yang sempurna dan pasti cocok untuk semua trader dan investor saham. Karena sebenarnya ada juga beberapa kelemahan dari analisis teknikal.

Dengan mengetahui kelemahan dan batasan-batasan dari analisis teknikal, diharapkan kita dapat lebih bijak dalam melakukan analisis, dan tidak hanya melihat market dari satu sudut pandang saja.

3 Tanda Anda Tidak Cocok Menggunakan Analisis Teknikal Saham - Belajar Investasi Saham dan Analisis Teknikal Dengan Strategi TRANSIT InvestingPin

1) Jangan Gunakan Analisis Teknikal Saham Jika Modal Anda Lebih Dari Rp.20 Milyar

Seperti yang sudah dijelaskan sekilas dalam tulisan 3 Prinsip Dasar Analisis Teknikal Untuk Investasi Saham, tentang Alur dan Siklus Pergerakan Harga. Salah satu prinsip utama dalam analisis teknikal saham adalah “Follow the Smart (Big) Money”.

Itu artinya kita, sebagai trader dan investor, yang menggunakan analisis teknikal, sebenarnya adalah market follower. Di bursa saham, posisi kita hanya sebagai pengikut dan pengekor saja. Kalau Big Money beli, maka kita pun ikut beli. Kalau Big Money jual, ya kita juga ikut jual.

Prinsip ini kalau boleh diterangkan, dengan bahasa yang blak-blakan, maka: Yang namanya pengikut, jelas tidak boleh lebih besar daripada yang diikuti. Posisi marekt follower tidak boleh lebih besar daripada posisi market Leader!

Pertanyaannya sekarang, kenapa posisi market follower tidak boleh lebih besar daripada market leader?

Jawaban gampangnya, karena kalau kita sebagai market follower lebih besar daripada market leader, maka posisinya akan berbalik. Trader dan investor lain yang justru akan mengikuti kita.

Yang tadinya kita mau mengikuti Big Money, tapi karena posisi kita besar, maka justru kitalah yang menjadi Big Money. Dan semuanya malah akan berbalik mengikuti kita.

Apakah ada yang salah jika kita menjadi Big Money? Apakah iya kita harus terus menjadi market follower? Memangnya salah kalau sekali-kali kita menjadi market leader?

Jelas tidak ada yang salah dalam menjadi market leader. Kalau Anda mau menjadi Big Money ya silakan saja. Tapi Big Money tidak mungkin menggunakan analisis teknikal.

Sekali lagi, karena prinsip dasar analisis teknikal adalah kita menjadi “pengekor”, bukan menjadi leader. Kalau kita yang menjadi Big Money dan tetap menggunakan analisis teknikal, maka siapa yang mau kita ikuti? Sedangkan trader dan investor yang lain semuanya mengikuti gerak-gerik kita.

Dan menurut pengalaman saya, modal trading (portofolio investasi) yang ideal untuk dapat menggunakan analisis teknikal dengan efektif adalah kurang dari Rp.20 milyar (kurang dari dua puluh milyar rupiah).

Angka ini didapat bukan dari sekedar perkiraan semata. Melainkan sudah dibuktikan dari pengalaman dan hasil diskusi saya dengan para Fund Manager dan teman-teman yang bekerja di investor institusi (Big Money).

Jika modal trading (portofolio investasi) Anda sudah lebih besar dari Rp.20 milyar, maka analisis teknikal tidak akan efektif. Sebab ketika Anda melakukan aksi beli dan jual, proses tersebut akan menggerakkan harga. Dan pergerakan tersebut akhirnya mempengaruhi dan merubah chart saham.

Fenomena ini dikenal sebagai General Theory of Reflexivity, yang dicetuskan oleh George Soros. Seorang investor pengguna analisis teknikal yang mendunia dan legendaris. Sebuah fenomena yang dituangkan dalam buku beliau yang berjudul “Alchemy of Finance”.

Singkatnya, General Theory of Reflexivity adalah teori yang beliau temukan, pada saat analisis teknikal yang dilakukan ternyata sudah tidak efektif, karena modal trading beliau sudah berkembang menjadi terlalu besar. Sehingga dari yang tadinya beliau adalah market follower, akhirnya berubah menjadi market leader.

Sebagai catatan, Rp.20 milyar bukanlah jumlah uang yang sedikit. Statistik membuktikan, hanya 0.01% dari seluruh rakyat Indonesia yang punya uang sebegitu banyaknya. Artinya, 99.99% trader dan investor saham di indonesia, sebenarnya masih bisa menggunakan analisis teknikal dengan efektif dan efisien.

Namun setidaknya sekarang Anda sudah tahu, bahwa sebenar ada limitasi yang membatasi penggunaan analisis teknikal yang efektif dan efisien. Meskipun “plafon” itu masih sangat jauh di atas kita (untuk saat ini), namun kita tetap harus tahu bahwa “plafon” itu ada dan nyata.

2) Jangan Gunakan Analisis Teknikal Saham Jika Anda Merasa Harus Tahu Segalanya

Pada tulisan 3 Prinsip Dasar Analisis Teknikal Untuk Investasi Saham, kita sudah membahas prinsip dasar analisis teknikal yang pertama. Yaitu: Market Action Discounts Everything. Bahwa pergerakan harga sudah merefleksikan segalanya.

Salah satu dampak yang paling besar dan yang paling terasa dari penerapan prinsip dasar ini adalah, kita sebagai trader dan investor saham, hanya perlu fokus ke pergerakan harga saja.

Karena harga bergerak naik dan turun, pasti ada alasannya. Harga tidak bergerak tanpa alasan. Hanya saja kita tidak tahu (dan tidak perlu memusingkan) apa alasannya.

Hal ini jadi masalah tersendiri, terutama bagi orang-orang yang merasa harus tahu segalanya, dan merasa harus punya informasi yang sejelas-jelasnya sebelum mengambil keputusan trading dan investasi.

Lho… bukankah memang seharusnya begitu? Keputusan trading dan investasi adalah keputusan yang harus dipertimbangkan dengan matang. Dan semakin banyak informasi yang kita punya, maka semakin kita bisa mengambil keputusan dengan tepat. Lalu kenapa hal ini jadi masalah?

Hal ini jadi masalah, karena proses kita mengumpulkan semua informasi dan berita, akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan selama kita sibuk mencari-cari berita dan informasi, harga sahamnya sudah bergerak kemana-mana.

Sering kali begitu beritanya keluar, atau informasi sampai di telinga kita, harga sahamnya sudah naik terlalu banyak (sehingga kita jadi terlambat beli), atau malah harga saham itu sudah turun terlalu dalam (sehingga kita juga terlambat jual).

Malah dalam bagan Alur dan Siklus Pergerakan Harga, News & Info itu berada di posisi paling terakhir. Sehingga orang-orang yang berpatokan pada News & Info, akan sangat kesulitan kalau mau mendapatkan profit konsisten. Karena akan selalu kalah dengan orang-orang yang bisa mengambil keputusan dengan cepat dan sudah bergerak duluan.

Inilah hal yang melatarbelakangi pameo: “Berita baru akan dimunculkan, kalau pestanya sudah selesai”.

Namun ironisnya, menurut pengalaman saya, sering kali setelah beritanya muncul pun, banyak dari kita bukannya semakin mantap dalam mengambil keputusan. Tapi begitu beritanya muncul, banyak trader dan investor malah dibuat semakin bingung dan bimbang. Meski sudah tahu berita dan infonya, banyak yang tetap tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Karena selalu ada sudut pandang yang berbeda terhadap berita yang sama. Apa pun beritanya, apa pun kejadiannya, akan selalu ada yang pro dan kontra. Inilah yang membuat banyak trader dan investor menjadi semakin bingung.

Dan itulah sebabnya, para trader dan investor yang menggunakan analisis teknikal, tidak mau terlalu pusing dengan info-info dan berita-berita. Karena apa pun berita yang muncul, selalu bisa dilihat dari sudut pandang yang positif atau negatif. Namun pada akhirnya, tetapi market dan pergerakan hargalah yang menentukan. Bukan masalah berita atau info apa yang muncul.

Sekali lagi, salah satu prinsip dasar analisis teknikal adalah: Market Action Discounts Everything. Bahwa pergerakan harga sudah merefleksikan segala macam info dan berita (entah itu positif atau negatif).

Jadi kalau Anda adalah orang yang selalu bertanya: “Saham A kenapa naik? Ada info apa? Ada berita apa? Saham B kenapa turun? Ada info apa? Ada berita apa?”, dan Anda harus tahu jawabannya sebelum bisa mengambil keputusan, maka kemungkinan analisis teknikal memang bukanlah metode yang cocok.

3) Jangan Gunakan Analisis Teknikal Saham Jika Anda Tidak Mau Salah Sama Sekali

Selain “Market Action Discounts Everything”, prinsip dasar lain dalam analisis teknikal adalah “History Repeats Itself”. Atau dengan kata lain: Sejarah berulang!

(Btw, untuk penjelasan yang lebih lengkap, silakan dibaca kembali tulisan 3 Prinsip Dasar Analisis Teknikal Untuk Investasi Saham)

Dasar pemikiran dari prinsip ini adalah, bahwa harga tidak bergerak secara acak. Pergerakan harga tidak random. Harga bergerak dalam sebuah pola. Dan pola yang sudah terjadi di masa lalu, akan terjadi kembali di masa depan. Pola tersebut akan berulang, lagi dan lagi.

Namun dasar pemikiran ini juga menimbulkan pertanyaan: Seberapa sering pola tersebut terulang? Dan seberapa akuratnya pola tersebut untuk dapat diandalkan?

Menurut pengalaman saya, pola-pola analisis teknikal klasik dan indikator modern, tidak ada yang 100% tepat dan akurat. Bahkan 6 Indikator Saham Terbaik pun, tingkat akurasinya tidak sampai 80%.

Itu artinya, dalam 10 kali trading beli dan jual, hasilnya adalah 8 kali take profit dan 2 kali cut loss. Ini adalah best case scenario, dimana semuanya berjalan sesuai rencana kita. Sekali lagi, itu kalau kita menggunakan indikator analisis terknikal terbaik dan yang paling canggih.

Dan ini pun kalau kita hanya bicara tentang tingkat akurasi belaka. Kita belum bicara tentang: Berapa banyak untungnya setiap kali profit taking? Berapa besar ruginya kalau cut loss? Seberapa sering sinyal itu muncul? (Karena kalau sinyalnya jarang keluar, atau cuma muncul setahun sekali, ya tetap saja sulit untuk kita profit konsisten!)

Padahal kenyataannya, menurut pengalaman saya, untuk bisa mendapatkan profit konsisten di bursa saham, kita sebenarnya tidak harus punya indikator dengan tingkat akurasi tinggi.

Bahkan menggunakan indikator yang tingkat akurasinya hanya 60% pun, sebenarnya sudah lebih cukup. Karena ada faktor yang lebih penting daripada tingkat akurasi indikator, yaitu: Money Management dan Trading Psycology (yang akan kita bahas pada lain kesempatan).

Tapi intinya adalah, tidak ada indikator analisis teknikal yang sempurna. Dan tidak ada indikator yang pasti benar dan akurat 100%. Setiap indikator pasti ada kemungkinan salah dan meleset. Dan Cut Loss sebenarnya adalah bagian dari kehidupan seorang trader dan investor.

Kalau Anda tidak bisa (atau tidak mau) menerima kenyataan ini, maka jelas analisis teknikal bukan metode yang cocok untuk Anda gunakan. Dan terus terang saja, saya tidak tahu metode apa lagi yang cocok untuk Anda.

Sebab pada metode analisis fundamental pun, ada yang namanya konsep “Margin of Safety”. Yang artinya, bahkan analisis fundamental pun juga menyadari bahwa metodenya tidak 100% akurat dan pasti benar.

Persis seperti kata-kata berikut ini…

“I make plenty of mistakes and I’ll make plenty more mistakes, too. That’s part of the game. You’ve just got to make sure that the right things overcome the wrong ones.”

– Warren Buffett

“Saya telah membuat banyak sekali kesalahan dan saya akan membuat lebih banyak lagi kesalahan. Itu adalah bagian dari permainan. Anda hanya harus memastikan, bahwa hal yang benar melebihi hal yang salah.”

Kalau Warren Buffett, seorang investor saham paling kaya dan sukses di dunia sudah bicara seperti itu, dan Anda masih tidak bisa (atau tidak mau) menerima kenyataan bahwa tidak ada analisis saham yang selalu benar, mungkin ada baiknya Anda berpikir untuk investasi di bidang lain saja.

Sisi Lain Analisis Teknikal Saham yang Dirahasiakan

Meskipun analisis teknikal tidak cocok untuk semua orang (dan mungkin tidak cocok untuk Anda), tapi bukan berarti analisis teknikal jadi tidak berguna sama sekali. Karena ada sisi lain dari analisis teknikal, yang hanya diketahui segelintir orang.

Itulah sebabnya, para Big Money (dan Bandar Saham) pun masih menggunakan analisis teknikal untuk mendapatkan “informasi tambahan”. Meskipun analisis teknikal memang bukan metode utama yang mereka pakai (bukan sebagai acuan utama), namun analisis teknikal tetap punya kegunaan tersendiri.

Rahasia “di balik layar” ini akan kita bahas dalam beberapa video, yang sudah saya buat dalam sebuah playlist di Youtube, dengan judul TRANSIT Investing Masterclass (Basic).

Dan Anda boleh mendapatkan paket ini secara GRATIS! FREE untuk jangka waktu dan kuota terbatas!

Btw... jika Anda menyukai artikel ini, boleh tolong share?