Indikator saham terbaik, sebenarnya sangat tergantung pada metode trading dan strategi investasi kita. Sebagai contoh, indikator Moving Averages adalah salah satu indikator saham paling akurat untuk investasi jangka panjang. Meski ini adalah salah satu indikator analisis teknikal terbaik, tapi indikator ini tidak boleh kita gunakan untuk trading jangka pendek atau investasi jangka menengah.
Begitu juga dengan indikator analisis teknikal yang lain, seperti Stochastic, MACD, Candlestick, dan lain sebagainya. Indikator analisis teknikal terbaik untuk satu strategi, belum tentu jadi indikator saham paling akurat untuk strategi yang lain.
Karena salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan ke saya adalah: Apa indikator analisis teknikal terbaik? Apa indikator yang paling ampuh? Apa indikator saham paling akurat?
Pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sangat wajar untuk ditanyakan. Dan semua trader dan investor saham, pasti pernah punya pertanyaan yang sama. Apa lagi jika mengingat pada setiap aplikasi analisis teknikal, pasti terdapat puluhan macam indikator.
Saya pribadi, dengan pengalaman selama sekian belas tahun ini, hanya fasih dan benar-benar paham cara menggunakan sekitar 20an indikator analisis teknikal saja. Jadi sebenarnya, kalau boleh jujur, masih banyak sekali indikator yang ada, yang saya sendiri kurang mengerti cara membacanya.
Untungnya, untuk bisa profit di bursa saham, kita tidak harus paham cara membaca semua indikator analisis teknikal. Bahkan asalkan kita fokus, dan benar-benar paham strateginya, sebenarnya cukup dengan menggunakan 1-2 indikator saja, kita sudah bisa profit konsisten.
Nah, kalau begitu sekarang pertanyaannya: dari sekian banyak indikator analisis teknikal yang ada, lalu mana yang harus kita fokuskan? Terutama kalau Anda adalah trader dan investor pemula, yang dihadapkan pada sekian banyak pilihan indikator yang ada. Mana yang harus Anda pilih?
Untuk itu, saya sudah memilihkan beberapa indikator analisis teknikal terbaik (indikator saham paling akurat), yang paling sesuai untuk berbagai jenis strategi trading dan investasi.
Namun sebelum kita masuk ke pembahasan yang lebih dalam. Satu hal yang perlu dicatat adalah, indikator-indikator yang saya pilih ini hanyalah segelintir dari banyak sekali indikator analisis teknikal yang sama-sama ampuh dan akurat.
Untuk membantu Anda memilih (dan sebagai langkah awal belajar analisis teknikal), saya sengaja membahas indikator-indikator yang paling umum, dan yang pasti tersedia di semua aplikasi analisis teknikal saham (Termasuk TradingView).
Sekali lagi, di luar indikator-indikator yang kita bahas disini, sebenarnya banyak juga yang sama-sama ampuh dan akurat. Dan Anda juga bebas untuk memilih indikator analisis teknikal apa pun yang Anda rasa paling cocok dan sesuai dengan strategi Anda.
Indikator Saham Terbaik #1: Stochastic
Stochastic adalah salah satu indikator saham paling akurat untuk Swing Trading dan investasi saham jangka pendek. Meskipun sebenarnya dapat juga digunakan untuk trading dan investasi saham di trend jangka menengah dan jangka panjang.
Indikator analisis teknikal Stochastic dikembangkan oleh seorang trader dan investor pengguna analisis teknikal, yang bernama George Lane, pada tahun 1950an. Beliau adalah seorang trader bursa komoditas yang berbasis di Chicago Mercantile Exchange, bursa komoditas terbesar di dunia.
Stochastic adalah salah satu indikator analisis teknikal terbaik untuk Swing Trading, sebab indikator ini memang sengaja dirancang untuk digunakan bersamaan dengan Support/Resistance Level. Bahkan kita bisa mengukur dan menentukan, seberapa kuatnya sebuah area Support/Resistance, dari posisi Stochastic overbought/oversold.
Cara kerja Stochastic sebenarnya sederhana saja. Indikator analisis teknikal ini mengukur rentang harga rata-rata (average trading range), antara harga tertinggi dan harga terendah selama sekian hari ke belakang. Kemudian rentang harga tersebut dibandingkan dengan harga penutupan (closing price) terakhir, dan hasilnya adalah angka dan garis yang ditampilkan oleh Stochastic.
Cara kerja indikator ini didasarkan atas hasil pengamatan George Lane selama bertahun-tahun. Menurut pengamatan beliau, pada saat market berada dalam kondisi trend naik (Bullish Uptrend), harga cenderung ditutup mendekati “batas atas” dari rentang harga rata-rata. Begitu juga sebaliknya, pada trend turun (Bearish Downtrend), harga cenderung ditutup mendekati “batas bawah” dari rentang harga rata-rata.
Nah, “batas atas” dan “batas bawah” inilah, yang pada Stochastic, biasa kita sebut sebagai area overbought dan area oversold.
Jadi sebenarnya overbought dan oversold itu BUKAN sinyal beli dan sinyal jual. Inilah kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh trader dan investor di Indonesia, ketika mereka mencoba melakukan analisis teknikal saham dengan menggunakan Stochastic.
Kebanyakan orang mengira, bahwa kalau garis Stochastic menunjukkan area oversold (jenuh jual), maka saham itu akan segera naik, dan kita harus beli. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya. Kalau garis Stochastic menunjukkan area overbought (jenuh beli), berarti saham itu akan segera turun, sehingga kita harus jual. Padahal bukan begitu cara yang benar untuk membaca Stochastic!
Sekali lagi, oversold itu BUKAN sinyal beli, dan overbought itu BUKAN sinyal jual!
Karena area overbought/oversold itu hanya salah satu dari total 4 komponen Stochastic. Dan 4 komponen ini harus dipertimbangkan semuanya, untuk menentukan sinyal beli dan sinyal jual. Jadi sinyal yang muncul pada Stochastick, itu bukan hanya dilihat dari overbought/oversold saja.
Btw, cara membaca sinyal Stochastic, sebenarnya sudah kita bahas secara detail dan mendalam, di TRANSIT Investing Masterclass (Module #2: Market Timing). Sehingga pada tulisan ini, tidak akan kita bahas kembali.
Indikator Saham Terbaik #2: MACD
MACD (Moving Averages Convergence Divergence) adalah salah satu indikator saham paling akurat untuk investasi jangka menengah dan strategi semi-investing. Semi-investing adalah strategi perpaduan antara trading dan investasi, dengan jangka waktu (time-frame) antara 3 minggu sampai dengan 30 minggu.
Yang artinya, indikator analisis teknikal MACD sebenarnya sangat tidak cocok digunakan untuk Swing Trading, apa lagi untuk Day Trading (trading harian). Sebab MACD memang tidak dirancang untuk mendeteksi momentum jangka pendek. Inilah salah satu kesalahan yang paling umum, yang dilakukan oleh banyak sekali trader dan investor di Indonesia.
Indikator analisis teknikal MACD diciptakan di akhir tahun 1970an, oleh seorang trader, investor dan Fund Manager kenamaan di Wall Street, yaitu: Gerald Appel. Dan belakangan, beliau membahas secara detail dan mendalam tentang indikator ini dalam bukunya yang berjudul “Technical Analysis: Power Tools for Active Investors”
Gerald Appel merancang MACD, bukan hanya untuk mengetahui arah trend dan arah market. Namun juga untuk mendeteksi adanya penguatan dan pelemahan trend. Atau dengan kata lain, beliau merancang MACD sebagai Moving Average yang “lebih responsif”.
Dalam buku tersebut, Gerald Appel juga menceritakan tentang logika dan cara kerja dari MACD. Yang intinya adalah: MACD menggunakan kombinasi antara 2 buah garis EMA (Exponential Moving Average), untuk menentukan arah dan kekuatan sebuah trend. Kombinasi ini ditampilkan dalam bentuk garis MACD (MACD line). Semakin kuat trend-nya, semakin tajam dan curam pula MACD Line.
Ketika market sedang berada dalam fase trend naik yang kuat (Strong Bullish Uptrend), maka MACD akan memunculkan garis MACD yang curam menukik naik ke atas. Begitu pun sebaliknya, ketika market sedang berada dalam fase trend turun yang kuat (Strong Bearish Downtrend), maka MACD akan memunculkan garis MACD yang tajam menukik turun ke bawah.
Dan kemudian, untuk menghasilkan sinyal beli dan sinyal jual, MACD menambahkan satu garis lagi yang disebut Signal Line. Nah, kombinasi antara MACD Line dan Signal Line inilah yang nantinya akan membentuk Golden-cross dan Dead-cross.
Namun, satu hal yang perlu diingat adalah: tidak semua Golden-cross adalah sinyal beli, dan tidak semua Dead-cross adalah sinyal jual. Inilah kesalahan lain dari cara membaca indikator analisis teknikal MACD, yang dilakukan oleh banyak sekali trader dan investor di Indonesia.
Sebab dalam bukunya, Gerald Appel sendiri juga telah menyebutkan beberapa kriteria lain, untuk membedakan mana sinyal yang benar-benar valid, dan mana yang tidak. Kriteria-kriteria ini sangat penting untuk menambah akurasi analisis teknikal MACD, dan meminimalisir False Signal (sinyal palsu).
Sama seperti indikator analisis teknikal Stochastic, tata cara membaca sinyal MACD secara benar dan tepat, juga sudah kita bahas dalam TRANSIT Investing Masterclass (Module #2: Market Timing). Sehingga tidak akan kita bahas lagi disini.
Indikator Saham Terbaik #3: Moving Averages
Moving Averages adalah salah satu indikator saham paling akurat untuk investor jangka panjang. Secara analisis teknikal saham, yang disebut investor jangka panjang adalah investor yang membeli saham, dengan tujuan untuk disimpan (holding period) selama lebih dari 8 bulan.
Dan salah satu trader/investor yang pertama kali menggunakan Moving Averages adalah Richard Donchian. Beliau menggunakan kombinasi Moving Averages MA5 dan MA20, untuk mengelola portfolio investasi beliau sejak tahun 1948. Bahkan kombinasi MA5 (5-Day Moving Average) dan MA20 (20-Day Moving Average), adalah salah satu kombinasi Moving Averages yang masih populer hingga sekarang ini.
Dengan sejarah yang begitu panjang, maka sebenarnya boleh dikatakan, bahwa Moving Averages adalah salah satu indikator tertua dalam ilmu analisis teknikal saham. Karena indikator ini bahkan telah digunakan jauh sebelum era komputerisasi dan kemunculan analasis teknikal modern.
Pada prinsipnya, indikator analisis teknikal Moving Averages adalah indikator yang bertujuan untuk mendeteksi arah trend. Dan seperti yang telah kita pelajari dalam 3 Prinsip Dasar Analisis Teknikal Saham, trend membutuhkan waktu untuk terbentuk. Tidak ada trend yang terbentuk dari hanya satu bar atau satu candle.
Itulah sebabnya, indikator analisis teknikal Moving Averages juga dikategorikan sebagai Lagging Indicator. Yang artinya, Moving Averages memang cenderung kurang responsif dalam mendeteksi perubahan trend. Dan Moving Averages akan selalu terlambat dalam mendeteksi market balik arah (market reversal).
Dan karena sifatnya yang kurang responsif itulah, maka Moving Averages sangat tidak cocok untuk digunakan sebagai indikator Swing Trading, Day Trading, One Day Trade, maupun strategi investasi jangka pendek lainnya. Inilah salah satu kesalahan yang paling fatal, dari banyak trader dan investor saham, dalam menggunakan inidikator Moving Averages.
Karena tidak peduli berapa pun angka Moving Averages yang kita gunakan, dan tidak pedulu apa pun kombinasinya, reaksi indikator ini akan selalu lebih lambat, jika dibandingkan dengan indikator seperti Stochastic dan MACD.
Sekali lagi, karena Moving Averages adalah indikator trend. Dan trend memerlukan waktu untuk terbentuk. Tidak ada trend yang terbentuk dalam waktu 1 hari!
Kalau memang Moving Averages begitu lambat dan tidak responsif, lalu kenapa masih banyak trader dan investor saham yang masih mau menggunakan indikator analisis teknikal ini?
Indikator analisis teknikal Moving Averages masih banyak digunakan, sebab kalau kita tahu cara menggunakan indikator ini dengan benar, sinyal yang dihasilkan termasuk sangat akurat. Moving Averages adalah salah satu indikator yang sangat sedikit sekali menghasilkan sinyal palsu (false signal).
Itulah makanya, Moving Averages adalah indikator analisis teknikal terbaik untuk investasi jangka panjang. Sebab untuk investasi jangka panjang, dengan holding period selama berbulan-bulan, “main aman” lebih penting daripada “profit maksimal”.
Sehingga kalau kita menggunakan strategi investasi di trend jangka panjang (Primary Trend), prinsipnya adalah lebih baik kita terlambat beli tapi sahamnya benar-benar naik. Dan itu jauh lebih baik, ketimbang kita berspekulasi (terburu-buru beli), tapi nanti akhirnya malah harus Cut Loss!
Sekali lagi, strategi ini bisa berhasil, kalau kita tahu cara menggunakan indikator analisis teknikal Moving Averages dengan benar. Dan caranya juga sudah kita bahas secara lengkap dalam TRANSIT Investing Masterclass (Module #2: Market Timing). Termasuk berapa angka, dan apa kombinasi Moving Averages, yang paling jitu dan ampuh untuk trading dan investasi di Bursa Efek Indonesia!
Indikator Saham Terbaik #4: Candlestick PTC
Candelstick PTC sebenarnya bukan termasuk indikator analisis teknikal. Namun Candlestick PTC tetap kita masukkan dalam tulisan ini, karena ini adalah metode analisis teknikal paling akurat untuk trader dan investor saham yang tidak suka menggunakan indikator.
Analisis teknikal Candlestick dipopulerkan oleh Steve Nison, dalam bukunya yang berjudul Japanese Candlestick Charting Techniques. Namun dalam buku tersebut, beliau sendiri mengakui bahwa beliau bukanlah penemu dari metode analisis teknikal ini.
Konon katanya, metode analisis teknikal Candlestick telah digunakan di Jepang sejak tahun 1700an, oleh seorang pedagang beras terkenal yang bernama Munehisa Homma. Munehisa Homma sendiri, di kemudian hari, menulis beberapa buah buku (tentu saja dalam bahasa Jepang), yang menuangkan sejumlah pengamatan dan pengalaman beliau selama menjadi pedagang beras di Osaka.
Menurut pengamatan Munehisa Homma, pergerakan harga adalah “pertarungan” antara Yin dan Yang. Yin adalah energi dan tekanan jual. Sedangkan Yang adalah energi dan dorongan naik. Yin dan Yang saling bergumul setiap hari, antara penjual dan pembeli, yang menghasilkan pergerakan harga.
Kalau energi Yin lebih besar daripada energi Yang, berarti tekanan jual lebih besar daripada dorongan beli. Kemenangan energi Yin dalam “pertarungan” ini, akan menekan harga semakin turun. Dan kalau hal ini terus berlanjut, maka hasilnya adalah trend turun (Bearish Market).
Hal yang sebaliknya juga terjadi. Kalau energi Yang lebih besar daripada energi Yin, berarti dorongan beli lebih besar daripada tekanan jual. Kemenangan energi Yang tersebut, akan mendorong harga semakin naik. Dan ketika kemenangan itu berlanjut, hasilnya adalah trend naik (Bullish Market).
Nah, bentuk “pertarungan” antara energi Yin dan energi Yang, akan menghasilkan pola-pola Candlestick. Dan menurut Munehisa Homma, ada sejumlah pola-pola yang terus terjadi, dan terus berulang, yang mengindikasikan energi mana yang diprediksi akan “memenangkan perang”.
Itulah sebabnya, Candlestick adalah salah satu metode analisis teknikal paling akurat untuk mendeteksi kapan harga akan berbalik arah (market reversal). Sebab sudah sejak awal, memang itu tujuan utamanya!
Bicara tentang pola-pola Candlestick, mungkin inilah salah satu kesalahan yang paling fatal, yang sering sekali dilakukan oleh para trader dan investor saham. Banyak trader dan investor saham, yang terlalu fokus pada kemunculan pola-pola Candlestick di setiap grafik analisis teknikal saham. Begitu fokusnya sehingga lupa bahwa analisis teknikal Candlestick sebenarnya memiliki 3 komponen utama, yaitu: Pattern, Trend, dan Context (atau yang disingkat PTC).
Tidak semua Hammer adalah sinyal Beli. Tidak semua Shooting Star adalah sinyal jual. Begitu pun tidak semua Inverted Hammer adalah sinyal Beli. Dan tidak semua Hanging Man adalah sinyal jual. Karena selain pola-pola Candlestick (Pattern), kita juga harus memperhatikan kapan dan dimana pola tersebut muncul (Trend dan Context).
Itulah sebabnya, dalam TRANSIT Investing Masterclass (Module #2: Market Timing), kita tidak hanya belajar tentang 7 Pola Candlestick yang paling powerful untuk trading dan investasi di Bursa Efek Indonesia. Tapi kita juga belajar tentang bagaimana membaca Pattern, Trend dan Context (Candlestick PTC).
Sehingga analisis teknikal Candlestick yang kita lakukan akan semakin akurat, tanpa kita harus menghafal puluhan (atau bahkan ratusan) pola-pola Candlestick yang ada.
Indikator Saham Terbaik #5: Support/Resistance Level
Sama seperti Candlestick PTC, Support/Resistance Level memang bentuknya bukan indikator. Namun metode ini tetap kita masukkan dalam tulisan ini, karena Support/Resistance Level adalah teknik analisis teknikal terbaik untuk digabungkan dengan berbagai indikator analisis teknikal yang lain.
Bahkan menurut beberapa orang senior dan mentor saya, Support/Resistance Level adalah salah satu metode analisis teknikal yang paling powerful. Dan menurut mereka, semua trader dan investor saham harus mempelajari metode ini!
Kenapa begitu?
Karena mempelajari dan membaca Support/Resistance Level, berarti kita juga mempelajari dan membaca dinamika Supply dan Demand. Dan sebagai trader dan investor saham, dinamika Supply dan Demand ini jauh lebih jelas terbaca di bursa saham, ketimbang di bursa komoditas, forex atau cryptocurrency.
Sebab sebagai trader dan investor pengguna analisis teknikal saham, kita tidak hanya berpanduan pada chart dan grafik. Namun kita juga punya akses untuk membaca Bid-Offer (Order Book), Volume Indicator, dan Volume at Price. Inilah akses informasi yang tidak dimiliki oleh trader lain di bursa komoditas, forex atau cryptocurrency.
Makanya sangat disayangkan, kalau seorang trader dan investor saham, tidak mengerti (atau tidak mau belajar) cara membaca Support/Resistance. Yang, sekali lagi, adalah metode analisis teknikal saham yang paling powerful.
Kalau begitu, sekarang pertanyaannya: sebenarnya apa sih yang membuat analisis teknikal Support/Resistance Level begitu powerful? Apa kehebatan dan keunggulannya?
Jawabannya: Kombinasi menghasilkan akurasi!
Yes! Hampir semua indikator analisis teknikal saham, dan segala macam metodenya, semuanya dapat digabungkan dengan analisis teknikal Support/Resistance Level. Dan hasil kombinasi tersebut, benar-benar dapat meningkatkan akurasi analisis teknikal kita hingga berlipat-lipat!
Sebut saja indikator analisis teknikal momentum seperti Stochastic, RSI, ADX, William %R, dan lain sebagainya. Semuanya dapat digabungkan dengan analisis teknikal Support/Resistance Level. Dan hasilnya akan meningkatkan akurasi sinyal Buy dan sinyal Sell!
Begitu pun dengan indikator analisis teknikal trend, seperti MACD, Moving Averages, Bollinger Bands, Parabolic SAR, dan lain sebagainya. Semuanya juga dapat digabungkan dengan analisis teknikal Support/Resistance Level, untuk meningkatkan akurasi dan Hit Rate!
Tidak hanya indikator saja. Hampir semua metode analisis teknikal, seperti misalnya: Candlestick PTC, Fibonacci Retracement, Elliot Waves, Ichimoku, Gann Numbers, dan lain sebagainya. Semua metode analisis teknikal tersebut, sebenarnya menggunakan prinsip dan punya konsep yang sama dengan analisis teknikal Support/Resistance Level.
Itulah sebabnya, menurut pengalaman saya, bahwa untuk profit konsisten, kita sebenarnya tidak perlu mengerti dan paham cara membaca semua indikator. Cukup pilih salah satu indikator saja (apa pun itu), lalu digabungkan dengan analisis teknikal Support/Resistance Level. Dengan itu saja, saya yakin, kita sudah bisa profit konsisten!
Sayangnya, meskipun analisis teknikal Support/Resistance Level begitu powerful, dan dapat meningkatkan akurasi dan Hit Rate hampir semua indikator, namun masih banyak trader dan investor saham yang enggan (atau tidak mau) mempelajarinya.
Karena masih banyak trader dan investor saham, terutama para pemula, yang merasa bahwa analisis teknikal Support/Resistance Level adalah hal sulit dan rumit. Bahkan menurut pengalaman saya, mereka yang sudah trading selama bertahun-tahun pun, masih banyak juga yang belum benar-benar paham cara mengenali Support/Resistance level.
Padahal sebenarnya cara membaca dan mengenali Support/Resistance Level termasuk mudah dan sederhana. Asalkan kita tahu caranya, tahu apa yang harus dicari dan kemana harus melihat, analisis teknikal Support/Resistance Level itu sebenarnya gampang sekali.
Itulah sebabnya, semua member baru TRANSIT Investing Masterclass, sangat saya rekomendasikan untuk langsung menonton dan mempelajari video tentang analisis teknikal Support/Resistance Level (Module #2: Market Timing).
Indikator Saham Paling Akurat: TRANSIT Investing
Sejauh ini, kita sudah membahas beberapa indikator analisis teknikal terbaik dan indikator saham paling akurat untuk investasi saham. Entah itu untuk investasi jangka panjang, jangka menengah, maupun trading jangka pendek.
Namun jika ditanya, yang mana diantara indikator analisis teknikal tersebut, yang saya gunakan setiap hari? Yang mana yang menurut saya adalah indikator saham paling akurat?
Jawabannya: TIDAK ADA!
Karena selain analisis Support/Resistance Level, saya memang tidak menggunakan satu pun indikator yang sudah kita sebutkan di atas. Indikator analisis teknikal yang saya gunakan setiap hari adalah: TRANSIT Investing Indicator.
Ini adalah indikator analisis teknikal yang saya rancang sendiri, dan saya buat custom, khusus untuk menerapkan strategi TRANSIT Investing. Dan indikator ini tidak tersedia secara umum.
Sebenarnya apa sih TRANSIT Investing Indicator? Bagaimana cara kerjanya? Bagaimana logika dan konsepnya? Dan bagaimana cara menggunakannya?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya sudah membuat serangkaian video tutorial. Yang semuanya sudah saya siapkan dalam sebuah paket TRANSIT Investing Masterclass (Basic). Dan kabar baiknya, paket video ini GRATIS!
Untuk jangka waktu dan kuota terbatas, akses untuk join di TRANSIT Investing Masterclass (Basic) adalah GRATIS! Dan Anda tidak dipungut biaya sepeser rupiah pun.
Cukup masukkan email Anda, lalu sistem kami akan mengirimkan link video-videonya. Setelah itu, Anda tinggal meng-klik link tersebut, dan Anda bisa langsung mulai belajar!