Analisis Teknikal dan Fundamental Saham: Mana Lebih Ampuh?

Menurut pengalaman saya, analisis teknikal dan fundamental saham, keduanya sebenarnya sama saja. Namun yang lebih cocok untuk kebanyakan (tidak semuanya), trader/investor retail adalah analisis teknikal. Sekali lagi, ini yang cocok untuk kebanyakan orang, tapi tidak semuanya. Karena ada beberapa jenis trader/investor yang tidak cocok dengan metode analisis teknikal saham.

Sebagai trader/investor saham, tujuan kita berinvestasi di Bursa Efek Indonesia adalah untuk mendapatkan profit. Dan cara yang paling sederhana, untuk mendapatkan profit adalah: membeli saham ketika harganya masih murah, lalu menjual ketika harganya sudah naik lebih mahal.

Harap diperhatikan, sekali lagi, saya bilang ini adalah cara yang paling sederhana. Tapi cara yang paling sederhana, bukan berarti yang paling gampang.

Karena mencari saham yang masih murah juga bukan perkara mudah. Di Bursa Efek Indonesia ada ratusan macam saham. Lalu diantara saham yang jumlahnya ratusan itu, yang mana yang masih murah?

Kemudian, apa kriteria serta tolok ukurnya supaya saham itu disebut “masih murah”? Apa patokan yang dapat kita gunakan? Yang disebut “masih murah” itu di harga berapa?

Semua trader/investor, cepat atau lambat, pasti akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Saya tahu, karena saya sendiri juga dulu begitu.

Apa lagi kalau kita melihat kenyataannya. Bahwa saham yang kita kira murah, ternyata harganya masih turun lebih murah lagi. Dan saham yang tadinya kita kira mahal, ternyata harganya masih bisa naik lebih mahal lagi.

Nah, dalam dunia trading dan investasi, terdapat 2 metode utama untuk mencari dan menemukan saham yang “masih murah”. Kedua metode tersebut adalah: Analisis Teknikal dan Fundamental Saham.

Pertanyaannya: Mana yang lebih ampuh untuk trading dan investasi saham? Antara analisis teknikal dan fundamental saham?

Tentu saja setiap metode analisa punya kekuatan serta kelemahannya masing-masing. Tidak ada metode yang sempurna. Dan metode analisa yang terbaik, tetap tergantung pada situasi, kondisi dan strategi investasi kita masing-masing.

Bahkan dalam tulisan 3 Prinsip Dasar Analisis Teknikal Untuk Investasi Saham, kita sudah bahas mengenai fungsi dan kedudukan masing-masing dari dua metode utama tersebut.

Namun sebelum kita jawab pertanyaan tentang mana yang lebih ampuh diantara kedua metode ini, berikut adalah paparan sekilas tentang keduanya. Mari kita mulai dari…

Analisis Fundamental

Analisis Teknikal dan Fundamental Saham Mana Lebih Ampuh 1.1 - Belajar Investasi Saham dan Analisis Teknikal Dengan Strategi TRANSIT InvestingPin

Analisis Fundamental adalah metode analisa, yang tujuan akhirnya adalah mencari nilai intrinsik, atau harga wajar sebuah saham.

Nilai intrinsik dan harga wajar saham ini, kemudian akan dibandingkan langsung dengan harga sahamnya pada waktu itu. Jika nilai intrinsiknya di atas harga sahamnya, maka saham itu disebut “masih murah. Sebaliknya, jika nilai intrinsiknya di bawah harga sahamnya, maka saham itu disebut “sudah mahal”.

Misalnya, katakanlah kita sedang melihat ada saham ABCD. Kemudian dari hasil melakukan analisis fundamental, kita ketahui bahwa nilai intrinsik dan harga wajar dari saham ABCD adalah Rp.1000,- per lembar.

Jika ternyata pada saat itu, kita lihat bahwa harga saham ABCD adalah Rp.800,-, maka saham ABCD dianggap masih murah. Karena ini adalah saham yang “seharusnya” harganya Rp.1000,-.

Namun jika ternyata pada saat itu, kita lihat harga saham ABCD adalah Rp.1500,-, maka saham ABCD dikatakan sudah mahal. Karena menurut hitungan kita, sebenarnya harga wajarnya cuma Rp.1000,-.

Kemudian, pertanyaan berikutnya adalah: bagaimana caranya menggunakan analisis fundamental, untuk menentukan nilai intrinsik dan harga wajar sebuah saham?

Untuk menentukan nilai intrinsik dan harga wajar sebuah saham, analisis fundamental menggunakan 3 komponen utama. Yaitu: Analisa Ekonomi Makro, Analisa Sektoral, dan Analisa Emiten.

Ketiga komponen ini sama-sama penting. Dan ketiganya harus diperhitungkan dalam melakukan analisis fundamental. Tidak boleh kurang salah satunya!

Kalau misalnya “pakar” yang Anda ikuti hanya mengajarkan salah satunya saja, tapi tidak pernah mengajarkan yang dua komponen lainnya (atau hanya dibahas sekilas saja), maka Anda patut curiga. Jangan-jangan memang ada yang beliau sembunyikan!

Komponen Analsis Fundamental Saham #1: Analisa Ekonomi Makro

Analisa Ekonomi Makro adalah analasis gambaran besar (big picture), tentang perekonomian sebuah negara tempat dimana emiten (perusahaan) itu melakukan kegiatan usaha.

Contoh Analisa Ekonomi Makro adalah analisa tentang suku bunga, neraca perdagangan, aktifitas ekspor-impor, fluktuasi nilai tuka (kurs) mata uang, tingkat inflasi, kebijakan pemerintah, upah buruh, peraturan perpajakan, dsb.

Ketika kita melakukan Analisis Fundamental, Analisa Ekonomi Makro sangat penting. Karena semua contoh-contoh data yang sudah kita sebutkan tadi, akan mempengaruhi jalannya usaha sebuah perusahaan.

Konon katanya, prospek masa depan sebuah saham dan perusahaan, 50% ditentukan oleh faktor Ekonomi Makro. Karena sebagus apa pun sebuah perusahaan, tetap tidak akan mampu berjalan dengan baik, kalau lingkungan usahanya juga tidak baik.

Komponen Analisis Fundamental Saham #2: Analisa Sektoral

Analisa Sektoral adalah analisa tentang industri atau sektor, yang mana emiten (perusahaan) itu termasuk di dalamnya. Dan Analisa Sektoral ini masih erat kaitannya dengan Analisa Ekonomi Makro.

Contoh misalnya, ketika suku bunga suatu negara naik, maka hal ini akan mempengaruhi sektor-sektor yang jenis usahanya menjual barang-barang secara kredit.

Sektor-sektor yang terpengaruh oleh kebijakan suku bunga, misalnya: sektor otomotif, sektor properti, sektor perbankan, dll.

Sedangkan sektor-sektor yang tidak begitu terpengaruh oleh kebijakan ini (atau pengaruhnya kecil), misalnya: sektor farmasi, sektor retail, sektor pertambangan dan energi, dll.

Konon katanya, komponen Analisa Sektoral berpengaruh 30% terhadap hasil analisis fundamental kita. Sebab perusahaan yang jelek sekalipun, bisa kelihatan bagus kalau memang sektor usahanya sedang bagus.

Komponen Analisis Fundamental Saham #3: Analisa Emiten

Analisa Emiten adalah komponen ketiga dari analisis fundamental. Pada analisa inilah, baru kita bicara tentang laporan keuangan, kinerja dewan direksi, pangsa pasar, produk baru, dsb.

Komponen anlaisis ini juga meliputi semua jenis rasio-rasio keuangan. Seperti misalnya: Price to Book Value (PBV), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dll.

Komponen Analisa Emiten biasanya adalah komponen analisa paling terakhir, yang dilakukan oleh seorang analis fundamental. Bukan karena komponen ini tidak penting, tapi karena memang tidak praktis kalau dilakukan duluan.

Di Bursa Efek Indonesia ada ratusan macam saham. Kalau semuanya harus dianalisis rasio-nya satu per satu, tentu akan sangat menyusahkan dan sangat tidak praktikal. Meskipun ada komputer yang bisa melakukan “screening”, namun tetap saja jumlahnya masih sangat banyak.

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa komponen Analisa Emiten, porsi dan bobotnya hanya berpengaruh 20% dari total hasil Analisis Fundamental yang kita lakukan.

Ironisnya, kebanyakan seminar/workshop Analisis Fundamental, justru terlalu berfokus mengajarkan rasio ini itu, dan mengabaikan dua komponen lainnya.

Padahal sebagus apa pun rasio keuangan sebuah perusahaan saat ini, tidak akan banyak artinya. Karena di periode berikutnya, rasio-rasio tersebut belum tentu masih bagus, kalau kebijakan pemerintah berubah, kalau suku bunga naik/turun, kalau kurs mata uang menguat/melemah.

Btw, kita akan membahas cukup panjang lebar tentang Analisis Fundamental ini di TRANSIT Investing (Basic). Karena ada terlalu banyak rahasia yang sengaja disembunyikan oleh para “pakar”. Karena rahasia-rahasia tersebut akan membuat seminar/workshop mereka tidak laku!

Analisis Teknikal

Analisis Teknikal dan Fundamental Saham Mana Lebih Ampuh 1.2 - Belajar Investasi Saham dan Analisis Teknikal Dengan Strategi TRANSIT InvestingPin

Analisis Teknikal adalah metode analisa, yang tujuannya adalah memprakirakan (forecasting) pergerakan harga di masa depan. Dan prakiraan (forecasting) ini, dilakukan dengan mengamati pergerakan harga di masa lalu.

Mohon perhatikan kata-kata yang kita gunakan. Analisis teknikal adalah sebuah prakiraan (forecasting). Analisis teknikal itu bukan ramalan (divination), bukan ilmu nujum.

Lho… apa bedanya, Riz? Oh, banyak bedanya!

Sebagai contoh: prakiraan cuaca. Prakiraan cuaca (weather forecasting), itu bukan ramalan!

BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), melakukan prakiraan cuaca hari ini berdasarkan arah angin, curah hujan, kondisi musim, posisi sudut matahari, formasi awan, suhu udara, kelembaban udara, dll.

BMKG menerbitkan laporan cuaca, bukan berdasarkan bacaan mantra-mantra, lempar-lemparan koin, atau upacara-upacara ritual. Karena BMKG tidak melakukan ramalan cuaca!

Nah, analisis teknikal juga begitu. Kita memprakirakan pergerakan harga ke depan, bukan berdasarkan wangsit, ilham atau petunjuk dari alam ghaib.

Lalu pertanyaannya sekarang adalah: bagaimana persisnya kita melakukan prakiraan harga (price forecasting)?

Dalam ilmu analisis teknikal saham, terdapat 2 pendekatan utama, yang berkaitan dengan cara mengamati pergerakan harga di masa lalu. Yaitu: Analisis Teknikal Klasik, dan Analisis Teknikal Modern.

Analisis Teknikal Saham Jenis #1: Analisis Teknikal Klasik

Analisis Teknikal Klasik adalah pendekatan analisis teknikal saham, yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1889, oleh Charles Dow (Bapak Teori Analisis Teknikal).

Perlu diketahui, pada tahun 1889, dunia belum memasuki masa modern. Komputer belum ditemukan, dan perhitungan statistik masih harus dilakukan seluruhnya secara manual.

Bahkan berbagai grafik pergerakan harga (chart analisa teknikal) yang kita kenal sekarang, semuanya masih harus digambar secara manual di atas kertas, dengan menggunakan pensil dan pulpen.

Itulah sebabnya, untuk mengamati pergerakan harga di masa lalu, dan melakukan analisis teknikal, para trader/investor pada saat itu mengandalkan pola-pola pergerakan harga (chart patterns).

Semua pola-pola analisis teknikal saham yang kita ketahui, adalah termasuk kategori pendekatan Analisis Teknikal Klasik. Termasuk juga Support/Resistance, Trendline, Triangle, Heand and Shoulders, Double Tops, Double Bottoms, bahkan termasuk juga pola-pola Candlestick.

Intinya, semua jenis analisis teknikal, yang tidak menggunakan indikator, dapat kita sebut termasuk jenis Analisis Teknikal Klasik.

Analisis Teknikal Saham Jenis #2: Analisis Teknikal Modern

Era baru Analisis Teknikal Modern dimulai pada tahun 1960an. Dimana pada saat itu komputer sudah mulai canggih, perhitungan statistik yang rumit mulai dapat dilakukan.

Pelopor Analisis Teknikal Modern adalah Richard Donchian dan Ed Seykota. Keduanya mungkin boleh disebut sebagai Bapak Analisis Teknikal Modern.

Pada tahun 1948, Richard Donchian adalah trader/investor pertama yang tercatat menggunakan Moving Averages dalam strategi investasinya. Ketika itu, beliau menggunakan MA5 (5-Day Moving Averages) dan MA20 (20-Day Moving Averages).

Barulah kemudian, pada tahun 1970, Ed Seykota, seorang mahasiswa teknik elektro di MIT (Massachusetts Institute of Technology), mulai menggunakan komputer untuk menghitung Moving Averages.

Sebelum tahun 1970, komputer adalah barang langka dan mahal. Sehingga hanya universitas besar dan lembaga riset saja yang mampu membelinya. Bahkan Richard Donchian sendiri harus menghitung Moving Averages secara manual.

Berkat Richard Donchian dan Ed Seykota, kita mengenal indikator Moving Averages seperti yang kita gunakan sekarang. Setelah penemuan mereka, barulah di kemudian hari muncul berbagai macam indikator yang lain.

Jadi semua analisis teknikal yang menggunakan indikator, pada dasarnya adalah termasuk kategori analisis teknikal modern. Contohnya: Moving Averages, Stochastic, MACD, RSI, dsb.

Lalu sekarang pertanyaannya adalah: mana pendekatan yang lebih baik untuk investasi saham? Analisis Teknikal Klasik atau Modern?

Untungnya, sebagai trader/investor saham, kita tidak harus memilih diantara keduanya. Karena keduanya adalah bagian dari ilmu yang sama.

Bahkan sangat disarankan untuk menggabungkan kedua pendekatan tersebut, untuk menghasilkan analisis teknikal yang jauh lebih akurat.

Contohnya: Kita boleh menggunakan indikator Stochatic (modern), untuk kemudian digabungkan dengan Support/Resistance (klasik).

Kita juga boleh menggunakan analisa pola-pola candlestick (klasik), yang digabungkan dengan bacaan indikator MACD.

(Btw, menurut pengalaman saya, kita tidak perlu mempelajari terlalu banyak indikator. Karena hanya ada 6 Indikator Saham Terbaik dan Indikator Analisis Teknikal Paling Akurat!)

Intinya, analisis teknikal klasik dan modern boleh kita gabungkan penggunaannya, asalkan sesuai dengan strategi trading dan strategi investasi kita. Tidak ada keharusan untuk memilih salah satu.

Lalu sekarang kembali ke pertanyaan awal: Mana yang lebih ampuh untuk investasi saham? Analisis Teknikal atau Analisis Fundamental? Mana yang sebaiknya kita gunakan dan kita fokuskan?

Analisis Teknikal dan Fundamental Saham: Mana Lebih Baik?

Terus terang saja, untuk trader/investor saham perorangan (retail), saya akan bilang lebih baik menggunakan analisis teknikal, daripada fundamental.

Kalau Anda adalah seorang trader atau investor independen, yang melakukan analisa sendiri, dan modal Anda masih di bawah Rp.20 Milyar (dua puluh milyar rupiah), maka pilihlah analisis teknikal untuk investasi saham!

Lho, kenapa begitu, Riz?

Bukan karena saya bias atau tidak objektif. Namun karena menurut pengalaman saya, setidaknya ada 3 alasan yang mendasari pemikiran tersebut.

Pertama, karena analisis teknikal lebih mudah dan sederhana.

Seperti yang sudah kita sebutkan sebelumnya, analisa fundamental terdiri dari 3 komponen. Yaitu: Analisa Ekonomi Mikro, Analisa Sektoral, dan Analisa Emiten.

Terus terang saja, melakukan analisa tersebut bukan pekerjaan yang mudah dan sebentar.

Untuk melakukan analisa fundamental dengan benar, kita harus melakukan analisa terhadap 700 saham. Yang semuanya terbagi menjadi 12 sektor besar, dan 69 macam industri.

Itulah sebabnya, saya katakan, analisa teknikal saham masih jauh lebih mudah dan sederhana. Dan lebih cocok bagi trader/investor saham perorangan (retail),

Alasan kedua, karena analisis teknikal lebih praktis dan efisien.

Seperti yang tadi sudah kita bahas. Di Bursa Efek Indonesia ada 700 saham, yang terbagi menjadi 12 sektor besar dan 69 macam industri. Dan untuk dapat melakukan analisa fundamental dengan benar, kita perlu punya data yang valid dan akurat.

Masalahnya, mencari data-data dan informasi yang valid itu juga bukan pekerjaan gampang. Dan tidak semua orang punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan data-data seputar ekonomi makro, statistik industri, dan laporan keuangan setiap emiten saham.

Jadi daripada kita memaksakan diri untuk melakukan analisa fundamental saham, sementara data yang kita punya mungkin tidak lengkap (atau malah tidak valid), lebih baik kita gunakan analisa teknikal saja.

Tinggal buka chart saham per saham, dan kita sudah punya semua data yang kita perlukan untuk melakukan analisa teknikal saham. Jauh lebih praktis dan efisien.

Inilah alasan kedua, kenapa analisa teknikal saham akan lebih cocok dan pas bagi trader/investor retail seperti kita.

Alasan yang ketiga, karena analisis teknikal saham lebih luas dan aplikatif.

Tidak seperti analisa fundamental saham yang hanya bisa digunakan untuk analisa di bursa saham. Analisa teknikal saham juga bisa digunakan untuk analisa di bursa komoditi, bursa berjangka, dan bursa Cryptocurrency.

Karena apa pun bursanya, di negara mana pun, Prinsip-prinsip Dasar Analisis Teknikal tetap sama. Cara membaca chart dan cara menggunakan indikatornya juga sama.

Itulah makanya, kalau kita menggunakan analisa teknikal saham, kita juga punya pilihan untuk trading dan berinvestasi di tempat lain selain di bursa saham.

Kalau misalnya bursa saham sedang tidak bagus, kita bisa masuk ke trading forex, trading oil, gold, coal, bahkan Cryptocurrency. Ini adalah hal yang tidak bisa dilakukan oleh para pengguna analisa fundamental saham!

Sisi Lain Analisis Teknikal Saham yang Tidak Banyak Dibicarakan

Seperti yang tadi sudah kita katakan, bahwa analisis teknikal saham bukanlah ilmu nujum, atau ilmu ramal meramal. Pergerakan harga di masa depan, bukan diketahui dari petunjuk, ritual atau ilham dari alam ghaib. Melainkan dari cara kita membaca pergerakan harga di masa lalu.

Bagaimana proses dan logikanya, sehingga dari analisa pergerakan harga di masa lalu, kita bisa tahu mana saham yang mau naik dan mana saham yang mau turun?

Untuk itu, saya sudah menyiapkan beberapa video khsusus, yang akan membahas hal ini. Video-video ini sudah saya buat dalam sebuah paket lengkap TRANSIT Investing Masterclass (Basic).

Dan untuk jangka waktu (dan kuota) terbatas, Anda boleh join di TRANSIT Investing Masterclass (Basic) secara GRATIS! FREE!

Cukup masukkan email Anda, kemudian sistem kami akan mengirimkan semua video-videonya. Lalu Anda bisa langsung menonton dan mulai belajar!

Btw... jika Anda menyukai artikel ini, boleh tolong share?